SOCIAL MEDIA

Tuesday, July 23, 2019

Lip Tie Pada Bayi Tanpa Incisi

"Bu, ini bayi nya ada lip tie"

Begitu kata dokter spesialis anak ketika kontrol Anbiya umur 1 minggu.

Pas dokter bilang gitu, kaget dan bingung jadi satu. Lip tie?! Apa ituuu??
Pas hamil, cuma familiar sama tongue tie doang. Karena emang tongue tie yang sering dibahas di buku-buku laktasi bahkan di forum emak-emak. Ternyata ada sodara nya tongue tie guys. Yaitu LIP TIE.



“Bahaya gak dok?”

“Tidak berbahaya bu. Lip tie tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang, tidak membuat sulit menyusu juga. HANYA berpengaruh terhadap......








.... ESTETIKA”.

((( E S T E T I K A )))



“Nanti kalau tumbuh gigi, giginya bisa renggang”.
(Gigi seri depan atas)

....
😨πŸ₯ΊπŸ˜’😒

“Lip tie ini bisa di incisi kok bu. Tapi dokter anak di sini belum ada yang bisa melakukan. Ibu bisa ke KMC bertemu dengan dr. Asti Praborini, Sp. A, IBCLC

...

Sambil aku dikasih kartu nama dr. Asti. Aah ya. Nama yang sudah gak asing. Beliau adalah dokter anak sekaligus konselor laktasi board-certified yang cukup terkenal, bahkan punya Praborini Lactation Team juga. dr. Asti sudah biasa melakukan incisi pada kasus lip tie dan tongue tie.

Rasanya campur aduk banget waktu itu. Mana Anbiya belum mahir menyusui juga saat itu. Dokter menjelaskan proses incisi akan sangat singkat, tidak perlu dibius. Disayat saja sudah selesai, bisa disusuin langsung abis itu. Sebaiknya dilakukan secepatnya supaya lebih cepet sembuh juga lukanya karena masih bayi.
YHA. Walaupun kedengerannya tekniknya sederhana, namun incisi lip tie maupun tongue tie harus dilakukan oleh dokter anak yang berpengalaman.


tongue tie (kiri) dan lip tie (kanan). Pic source: AAP


****

Keluar dari ruang dokter, ternyata aku berbeda pendapat dengan mamah (neneknya Anbiya) dan suami.

“Gak usah diincisi!” Begitu kata mamah. Suami pun setuju dengan alasan GAK TEGA. Kasihan masih bayi 😌

Aku pun saat itu juga gak tega, tapi aku lebih gak tega kalau Anbiya sampe gigi nya renggang padahal aku tau ini bisa dicegah sedari dia bayi dengan cara di incisi.

Aku takut Anbiya gak percaya diri karena giginya. Dulu aku pernah di bully fisik dan itu rasanya sedih banget, gak mau kalau sampai Anbiya ngalamin juga.

Menurut mamah, gpp punya gigi renggang yang penting itu gimana kepribadiannya. Anak laki-laki  yang penting sholeh, pintar, santun, baik hatinya, dan nanti mapan pekerjaan bagus itu udah alhamdulillah. Gak masalah dengan gigi renggang.  Mamah mencoba menghibur aku.
Suami juga coba hibur aku dengan bilang, kalau nanti beneran renggang, bisa perawatan gigi sama dokter gigi Sp. Ortho. Biar jadi rapet rapih giginya.

Aku pun tanya-tanya ke temen ku yang dokter gigi dan saat ini sedang ambil spesialis di FKG UGM, katanya memang bisa kok nanti perawatan ortho. Alhamdulillah jadi lebih tenang.

Kalau dilihat dari segi biaya, mungkin sekali incisi tidak memakan biaya banyak dibanding ketika nantinya harus perawatan ortho seperti behel dsb. Tapi suami bilang gpp, inshaAllah ada rejekinya.

Di saat lagi gamang, aku cuma cerita sama satu sahabat ku, Dian yang punya anak gak beda jauh umurnya sama Anbiya. Aku emang gak mau cerita dulu di blog maupun kepada orang lain sampai aku lihat sendiri bagaimana gigi susu Anbiya tumbuh.
Aku juga baca artikel dan lihat video yang dibuat oleh dr. Tiwi tentang lip tie dan tongue tie yang membuat aku jadi lebih tenang (bisa cari sendiri di google ya).

Dan akhirnya kami memutuskan untuk TIDAK INCISI lip tie Anbiya. Dengan catatan kami memastikan lagi ke dokter bahwa betul, lip tie tidak berdampak negatif pada kesehatan dan tidak akan mengganggu proses tumbuh kembang seperti menyusui, makan, berbicara, dsb.
(Berbeda dengan tongue tie yang bisa (tapi tidak selalu) memengaruhi proses menyusui).

Ternyata memang benar, proses menyusui sama sekali tidak terhambat karena lip tie. Saat masih ASI eksklusif berat badan Anbiya setiap bulannya naik rata-rata > 1 kg. Begitupun dengan tumbuh kembang yang lain normal sesuai usianya.

Baca Juga : Breastfeeding Journey Part 1


Lalu, bagaimana gigi susu Anbiya tumbuh? 

Anbiya tumbuh gigi pertama kali saat usia 10 bulan. Dua gigi bawah, kemudian menyusul dua gigi atas.
Pada saat awal tumbuh memang kelihatan sekali ya renggangnya.
Namun makin lama ketika gigi nya sudah full keluar semua dan tumbuh gigi lain disebelahnya, posisinya yang semula renggang lambat laun jadi merapat.
Alhamdulillaaah.. Alhamdulillah Ya Allah padahal lip tie Anbiya termasuk yang tebal.
Semoga saja ketika nanti berganti gigi dewasa juga tetap rapat gigi nya.



Tapi sekarang kalau aku lihat orang dengan gigi seri depan renggang itu unik lho. Dan benar apa kata mamah ku, apalagi kalau kepribadian orang itu bagus, gigi doang mah gak ada apa-apanya. Tetep enak dipandang karena orang baik auranya bagus. Embrace that lip tie πŸ˜‡



Kelihatan jelas ya lip tie nya ?

Ok sekian cerita ku tentang lip tie pada bayi tanpa incisi. Mungkin ada juga mommies di luar sana yang galau karena bayinya punya lip tie. Aku tulis ini di blog untuk berbagi pengalaman. Tenang momss! InshaAllah akan baik-baik sajaπŸ˜ŠπŸ’•
Kalaupun dokter bilang harus di incisi karena sudah sangat tebal dan menggangu kenyamanan bayi, semoga itu yang terbaik. ❤️


My dearest son, MasyaAllah tabarakallah πŸ˜‡


Note : yang dialami Anbiya hanya lip tie tanpa tongue tie.

Friday, July 19, 2019

Anbiya Belajar Sikat Gigi

Halo, kali ini mama mau cerita tentang Anbiya yang lagi belajar sikat gigi nih.


Cerita dikit dari awal yaa, waktu Anbiya umur 6 bulan, mama udah rutin bersihin gusi dan lidah Anbiya pakai sikat silikon yang dimasukin ke jari. Trus umur 12 bulan, mama mulai ganti pakai Nuby Teether and Toothbrush yang bentuknya kayak pisang. Kenapa mama pakai ini? Karena giginya Anbiya udah ada empat, kalau masih pakai sikat silikon itu sakit yaa kalau kegigit! Hehe. Trus mama rasa memang sudah saatnya ganti aja, karena kan sudah ada giginya, walaupun masih kecil-kecil, biar lebih bersih aja.


Umur 6 bulan pakai sikat silikon

Selama umur 12-14 bulanan, Anbiya dibersihinnya pakai Nuby Teether & Toothbrush itu, belum mama pakein pasta gigi. Jadi setelah mama sterilin, trus pakai air hangat aja bersihinnya.


Umur 12 bulan pakai Nuby Teether toothbrush

Sampai akhirnya pas Anbiya umur 15 bulan, mama ganti pakai sikat gigi beneran plus dikasih pasta gigi.
Saat itu gigi Anbiya sudah ada delapan, dan udah makan macem-macem termasuk yang manis-manis. Jadi deh, mama semakin mantap untuk mulai pakein pasta gigi.


First 'real' dental kit. Jack n Jill & Nuby toothbrush


Dalam memilih pasta gigi, mama juga bertanya terlebih dulu ke dokter gigi dan cari reviewnya. Karena Anbiya belum bisa kumur-kumur, jadi lebih baik cari pasta gigi yang flouride-free dan gak mengandung bahan kimia berbahaya, jadi aman kalau tertelan. Kandidat pasta gigi yang mau mama beli waktu itu : Buds, Chicco, Jack n Jill.
Ketiga pasta gigi itu organik, flouride-free, SLS-free, paraben-free, no sugar, no artificial colour, dan aman jika tertelan.


Jack n Jill suitable from 6 months. Safe if swallowed

Akhirnya yang mama beli merk Jack n Jill karena harganya yang paling pas di kantong hehe.
Untuk 1 tube ukuran 50 ml seharga Rp 65.000,-
Ini habisnya bakal lamaa, karena tiap sikat gigi cuma pakai sedikiiit banget seukuran beras.

Sikat gigi mama beli merk Nuby, ini juga seadanya di baby shop yang ada saat itu. Menurut mama, sikat gigi Nuby ini bahan sikatnya halus namun mudah brudul. Kalau udah brudul khawatir sakit kalau kena gusi atau sela gigi. Untuk pegangannya sih enak dan kepala sikatnya juga kecil jadi pas di mulut bayi.

Trus mama cari di supermarket, ternyata ada jual sikat gigi Oral-B. Mama beli deh untuk pengganti Nuby. Sikat gigi Oral-B ini ada stage-nya, 1-2-3. Mama beli stage 1 untuk bayi 4-24 bulan. Menurut mama lumayan lah ni sikat gigi. Lebih mudah ditemukan, ada banyak di supermarket. kalau Nuby kan harus di baby shop.


Sikat gigi Oral-B stage 1 (4-24 bulan)

Trus, mama dapat rekomendasi ni dari temen mama yang gigi anaknya baguss terawat (Momasti), sikat gigi yang bagus merk Dr. Brown’s. Pegangannya lentur dan sikatnya lembut. Boleh deh, mama mau coba beli ini juga.

Menurut mama, pemilihan sikat gigi juga penting, karena kalau sikatnya enak, gak sakit, nyaman, anak juga jadi gak trauma dan happy saat sikat gigi.

Anbiya sikat gigi 2x sehari, pagi-siang setelah nyemil dan malam sebelum tidur. Jujur aja, sikat gigi siang tu kadang suka ke-skip, karena abis mandi biasanya Anbiya ngantuk langsung pengin nemplok nenen dan bobok. Biasanya mama gak akan paksa kalau sikon nya lagi begini, karena kalau lagi ngantuk biasanya cranky kan. Mama gak akan paksa sikat gigi di saat lagi cranky. Percuma. Anaknya pasti nolak, mama pun bisa stres. Gak efisien. Jadi lebih baik pending dulu, di lap-lap pakai kassa + air hangat aja as lagi tidur atau sikat sore juga gak masalah abis mandi.
Kalau malam, hampir gak pernah ke-skip, karena udah ada Papa nya Anbiya juga kan. Ada yang bantu ingetin dan nyikatin.

Nah, mama mau sharing gimana cara mama ngajarin Anbiya sikat gigi πŸ˜ŠπŸ‘‡πŸ» :
  • Children see, children do. Yes, mama setuju banget sama kalimat itu. Untuk segala hal, termasuk sikat gigi, Anbiya udah biasa lihat mama papa sikat gigi. Jadi begitu Anbiya dibelikan sikat gigi kecil untuknya, langsung happy dan mengarahkannya ke mulut untuk menirukan gerakan sikat gigi. Jadi ada baiknya memang, sebelum kenalkan sikat gigi ke anak, dilihatin/ contohin dulu supaya lebih familiar.
  • Sebelum mulai sikat gigi, mama sterilkan sikat gigi dulu dengan air hangat. Celup-celupin aja sebentar. (Btw mama simpan sikat gigi di kamar tidur dan simpan dalam wadah bersih). 
  • Siapkan gelas khusus untuk sikat gigi. Gelas ini untuk diisi air matang.
  • Sebelum mulai sikat gigi, biasanya mama meminta Anbiya untuk minum air putih dulu.
  • Cara sikat gigi, biasanya Anbiya sambil duduk/ berdiri. Suka suka dia sihπŸ˜† trus mama bilang “A...a..aaaa”, “I...iiiiiii” supaya mangap. Kalau sambil duduk/ berdiri gigi bawah lebih gampang untuk disikat. Tapi susah untuk gigi atas. Khusus untuk gigi atas, mama nyikatin dengan cara Anbiya sambil tiduran di paha mama. Jadi lebih gampang sikat gigi bagian atasnya.
  • Kondisi harus happy! Biasanya sambil mama ajak nyanyi, cerita-cerita. Papa juga bantu hibur biar ketawa-tawa, senyum, buka mulut trus mama sikatin deh! Hehee
  • Berikan kesempatan untuk Anbiya sikat sendiri giginya. Anbiya seneng banget kalau udah gini dia bisa explore dan mengenali kegiatan yang sedang dilakukan. Trik mama, mama siapin dua sikat gigi. Satu untuk dipegang-pegang Anbiya, satunya dipegang mama untuk ancang-ancang nyikatin giginya. Lebih efisien dan gak drama. Hal ini juga mama terapin saat sesi makan. Mama selalu siapin dua sendok. Satu untuk dipegang Anbiya dia belajar nyuap sendiri, satu untuk mama nyuapin. Jadi Anbiya less stress juga menurut mama. 
  • Selesai sikat gigi, karena Anbiya belum bisa kumur-kumur, jadi mama lap-lap gigi dan gusi  Anbiya dengan tooth and gum wipes atau pakai kassa/ waslap yang sudah dibasahkan. Atau juga sikat giginya tadi dicelup-celup basahin ke air di dalam gelas khusus tadi, kemudian sikat ulang untuk bilas.
  • Supaya lebih fun, mama selalu ngajak Anbiya untuk nyanyi waktu sikat gigi. Mama ciptain sendiri nih lirik lagu dan nadanya hehee


“ Sikat gigi, gigi ku sehat
Sikat gigi, gigi ku kuat
Sikat gigi, bebas dari kuman
Senyum ku ceriaaa"
plok.. plok.. plok... hahahah nyanyikan berulang-ulang >.<


Tiap mama nyanyi itu, Anbiya udah hapal wah bakal sikat gigi nih dan ikutan tepuk tangan. Hehee.

PR mama papa, masih terus ngajarin Anbiya kumur-kumur dengan cara beri contoh dan Anbiya kumur-kumur pakai air matang. Saat ini sih belum bisa, masih ditelen terus airnya. Hehe πŸ˜†
Trus PR lain untuk konsisten nyikatin gigi Anbiya, supaya jadi kebiasaan dan gak menyesal nantinya, walau gigi susu, tapi tetap harus dijaga kebersihannya. Btw, mama sampai sekarang masih punya gigi susu lhooo. Masih kuat dan baguss, kata dokter gak perlu dicabut. Hehe.

Ketika Anbiya sudah mahir kumur-kumur, mama akan switch pasta giginya jadi yang ber-flouride (untuk mencegah caries/ gigi berlubang). Itupun dipakainya sedikiiit sekali. Namun untuk saat ini masih pakai Jack n Jill dulu karena terbuat dari bahan-bahan alami dan flouride-free.





Okaayy, cukup sekian sharing mama tentang Anbiya belajar sikat gigi.. Semoga bermanfaat :)

Monday, July 15, 2019

Kejang Demam dan Roseola Infantum

Anbiya pernah mengalami kejang demam karena infeksi virus Roseola Infantum ketika umur 10 bulan. Kejadian ini udah cukup lama, sekitar tujuh bulan yang lalu, tapi aku baru cerita di blog sekarang, karena kemarin-kemarin rasanya masih trauma banget!

Di blog post ini, aku mau sharing pengalaman apa yang harus dilakukan ketika anak kejang demam dan bagaimana penanganan jika kejang demam terulang, serta sedikit tentang virus Roseola Infantum.

Anbiya 10 bulan kejang demam


***

Waktu itu hari Jumat pagi di bulan Desember, Anbiya bangun tidur badannya terasa panas. Langsung aku cek dengan termometer, ternyata benar demam 38.8’C.
Aku kasih paracetamol, pakaikan baju yang tipis, skin-to-skin contact, dan susuin lebih sering, tapi sampai malam harinya tetap demam, bahkan mencapai 39’C.
Akhirnya ku putuskan besok langsung ke dokter karena demam tinggi nya secara mendadak dan gak turun-turun.

Hari Sabtu pagi nya, lagi siap-siap mau ke RS. Anbiya udah rapih, lagi digendong dulu sama mpok (ART) pakai kain jarik.
Trus tau-tau mpok teriak histeris karena terjadi sesuatu sama Anbiya.

Kejang demam!

Badannya semua meregang, kejut-kejut, matanya ke atas, bibir biru.

Ya Allah, lemessss.. Rasanya jantung ku kayak berhenti saat itu.

Pertolongan pertama yang ku lakukan: lepaskan Anbiya dari gendongan, melonggarkan pakaian, menenangkan tapi tidak menahan gerakan kejang.
(Thanks my sisteerrr teh icha yang pernah sharing penanganan anak kejang, jadi gak clueless amat saat itu).

Ini jadi pelajaran banget buat aku: kalau lagi demam tinggi, anak pakai baju, jangan digendong terkungkup dengan kain gituu. Tambah sumuk. Tambah panas.

Kecuali gendong skin-to-skin contact ya.

Kejang demam nya ini sebentar gak sampai 1 menit, setelah itu langsung segera bergegas ke RS.

***

Sampai di IGD, dokter jaga cek suhu nya 39.5’C. Berarti saat terjadi kejang ya lebih tinggi lagi dari itu suhunya, mungkin mencapai 40 atau lebih.

Trus Anbiya dikasih penurun panas yang dimasukin lewat anus dan cek darah untuk screening.

Waktu itu hasil darahnya negatif db, negatif tipes, cuma memang ketahuan ada infeksi tapi belum tau apa. Oh ya, dari hasil lab ini juga ketahuan kalau Hb Anbiya agak rendah.


Mau diambil darah


Trus DSA Anbiya visit ke IGD, aku banyak nanya-nanya tentang kejang demam yang barusan dialami Anbiya.

Menurut DSA, kejang demam ini umum terjadi pada anak 6 bulan - 5 tahun. Bisa kena pada siapapun, tapi kalau pihak keluarga pernah ada riwayat kejang demam, kejadiannya bisa lebih tinggi.

Naahh memang dulu waktu aku bayi juga pernah kejang demam. Sampai 2x malah. Keponakan dan sepupu ku juga pernah kejang demam. Jadi memang ada riwayat kejang demam dalam keluarga (inherited).

Kejang demam termasuk kejang sederhana, tidak berbahaya, tidak menyebabkan kerusakan sel-sel otak, karena kejadiannya pun singkat sekali rata-rata kurang dari satu menit. Beda dengan epilepsi.
Oleh karena itu, pasien kejang demam tidak disuruh pemeriksaan lanjutan seperti EEG atau CT scan.
Memang respon tubuh terhadap tingginya suhu aja.

Ciri-ciri kejang demam :
  • Sesuai namanya, HANYA terjadi saat demam
  • Waktu kejang singkat biasanya beberapa detik/ < 1 menit
  • Tidak berulang dalam waktu 24 jam
  • Langsung kembali normal setelah kejang berhenti
Nah itu ciri-ciri paling gampangnya, kalau bedain dengan epilepsi, biasanya kejang epilepsi bisa terjadi kapan pun (tidak saat demam), waktu kejang yang lama bisa sampai 15 menit-an, dan bisa berulang dalam 24 jam. 

Kemudian, jika kejang demam terjadi pertama kali apa yang harus dilakukan ?
  • Longgarkan atau jika memungkinkan lepas pakaian. Supaya gak sumuk. Jika digendong, lepaskan dari gendongan.
  • Jangan menahan gerakan kejang, jadi lebih baik dibaringkan di kasur, sambil kita menemani/ menenangkan disebelahnya.
  • Jangan memasukan benda apapun ke dalam mulut (sendok, kain, dll) karena khawatir menghalangi jalan nafas.
  • Tidak perlu panik berlebih, kejang demam ini sangat singkat, segera bawa ke IGD. Kondisi setelah kejang demam anak akan kembali normal seperti biasa.

Bagi anak yang pernah kejang demam, dokter akan bawain “bekal” obat anti kejang dan diazepam. Karena bisa kembali terulang sampai umur 5 tahun. Tapi gak selalu yaa. Ada kok yang cuma kejang demam 1x aja seumur hidupnya. Semoga aja sih gak terulang lagi pada Anbiya. Tapi kita mesti antisipasi dan tahu penanganan jika terulang kembali.

Jika demam :
  • Berikan paracetamol oral setiap 4 jam sekali. Jika demam tinggi gak turun-turun, bisa berikan obat penurun panas yang dimasukan lewat anus, dengan jarak 2 jam dari paracetamol oral.
  • Jika demam > 38.5 ‘C , berikan obat anti kejang (racikan dokter).
  • Saat kejang demam terjadi lagi, segera berikan stesolid (diazepam) lewat anus.
  • Dan penanganan demam pada umumnya seperti skin to skin contact, menggunakan pakaian tipis, kompres, dan yang penting perbanyak cairan masuk. Karena, musuh utama demam sebenarnya adalah dehidrasi. Bukan kejang demam.

Nah singkat cerita, setelah 3 hari demam tinggi gak turun-turun, akhirnya hari ke-4 suhu tubuh mulai turun dan stabil.
Di saat suhu turun, tiba-tiba muncul gejala:
  • ruam merah pada wajah dan punggung

Saat DSA visit dan periksa kondisi Anbiya, beliau bilang kalau ruam-ruam ini disebabkan oleh virus. Virus Roseola Infantum. Jadi akhirnya ketahuan laah penyebab demam tinggi 3 hari sampai kejang demam karena apaaa.

DSA juga bilang, kalau ruam merah ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 48 jam. Alhamdulillah Anbiya 24 jam udah ilang semua ruam nya. Mungkin karena ruam yang muncul ini juga termasuk sedikit ya, jadi lebih cepat hilangnya.

Roseola ini banyak yang keliru sama campak. Padahal berbeda bangeett. Gampangnya sih bedain ruam roseola muncul setelah demam turun, sedangkan ruam campak muncul saat sedang demam tinggi. Dan campak biasanya disertai dengan komplikasi, makanya campak ada vaksinasinya kan. Roseola gak ada.

Nah di bawah ini tabel ilustrasi perbedaan campak, rubella, dan roseola. Gejalanya sama-sama ada ruam, tapi penyakitnya berbeda.


Yes, Roseola panas tingginya mendadak banget!!! (pic source: ibupedia)

Kalau udah keluar ruam roseolanya ini malah udah bisa tenang, udah mau sembuh istilahnya dan gak akan naik lagi panasnya. Makanya esok harinya juga Anbiya udah dibolehin pulang.

Ruam setelah demam tinggi 3 hari (Roseola) ini sebenernya seriiinggg banget terjadi sama bayi dan anak-anak. Bahkan ada yang kejadian tanpa sadar. Sebetulnya gak perlu khawatir, home treatment aja udah cukup. Tapi karena Anbiya ada kejang demam makanya perlu observasi.






Sebelum ketahuan karena Roseola, Anbiya juga melakukan screening ISK (infeksi saluran kemih). Karena ISK ini juga banyak kasusnya pada bayi laki-laki dan bisa menyebabkan demam tinggi juga. Tapi alhamdulillah hasil cek urin semua bagus. Jadi bukan karena ISK.
Oh ya, untuk anak bayi, cara ambil sampel urin nya gampang ternyata, karena ada alatnya ditempelin gitu bahan plastik seperti pakai koteka. Nanti pas pipis ketampung di situ deh, gak perlu nungguin dan nampung manual.



Ini pas demam udah turun, udah lepas infus, boboknya udah puleesss banget


Ada playground khusus anak rawat inap, jadi gak bosan di kamar (ACC dokter dulu)


***

Okaay, sekian sharing ceritanya yang aku buat sesingkat mungkin, semoga bisa bermanfaat πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

Yang Anbiya alami ini, kejang demam karena infeksi virus Roseola Infantum. 
Pada dasarnya, setiap infeksi apapun baik itu karena virus atau bakteri, yang bikin sampai demam tinggi, berpotensi bikin kejang demam. 

TETAPIIII, kalaupun demam tinggi, bukan berarti akan berujung kejang demam kok! Ada yang sampai 40’C tapi baik-baik saja. 😊
Yang terpenting, tahu bagaimana perawatan di rumah ketika anak demam. Kejang demam gak perlu ditakutkan, tapi perlu diketahui bagaimana penanganannya untuk antisipasi.
Semoga Allah selalu melindungi dan memberi nikmat sehat untuk buah hati kita semua, aamiin ❤️