SOCIAL MEDIA

Saturday, April 19, 2014

Dokter Hewan Tanpa Pandang Bulu

Salam,

Hallo! Akhirnya bisa ngepost lagi setelah sekian lama merasakan hiruk pikuk koas interna besar dan reproduksi yang 70% di lapangan. Yes, koas lapangan. Gak cuma capek pikiran tapi juga capek badan. Di mana jerawat mulai bermunculan lagi walaupun udah rutin  mikrodermabrasi -karena seringnya begadang dan waktu tidur yang berantakan. Persentase kejadian migrain juga meningkat drastis, dan yang keliatan banget sih berat badan yang nambah. Kebanyakan teman-teman lain beratnya turun, kalo aku kebalikan hahaha. Semakin banyak kegiatan, semakin banyak pula makannya, dengan alasan kalo gak makan banyak jadi gampang capek trus pusing trus gak bisa mikir, fatal deeh. Hehehe ini sih emang aku nya aja yang doyan makan. Tapi emang bener dopping multivitamin atau madu atau sari kurma, atau at least makan yang banyak dan bergizi, trus air putih tersedia ad libitum wherever whenever penting banget buat jaga tubuh tetap fit! Dan pastinya menjalaninya dengan bahagia dan senang hati yaa.. J

Stase Interna Hewan Besar yang selanjutnya akan aku singkat InBes ini berlangsung selama dua bulan, dari akhir Desember hingga akhir Februari. Jujur, mulai inbes ini pengalaman baru aku dimulai lagi. Berbeda jauh dengan kehidupan di klinik, di mana selama ini aku lebih sering “nongkrong” di klinik-klinik ataupun rumah sakit. Biasanya familiar dengan anjing, kucing, dan pet lainnya, namun saat koas inbes ini, sesuai dengan namanya, aku lebih sering berinteraksi dengan sapi, domba, dan kambing di kandang-kandang. Biasanya berdandan rapih mengenakan white coat, kali ini mengenakan seragam lapangan lengkap dengan sepatu bootnya. Klien yang ditemui pun berbeda, kali ini lebih sering berinteraksi dengan peternak-peternak kecil, warga desa, namun lebih terasa toleransi dan keakrabannya. Special edition, wild life animal juga masuk dalam stase inbes ini. Seru kan? Hal ini gak akan terulang lagi, tapi semoga bisa jadi pembelajaran nyata untuk menjadi lebih baik. Dokter hewan tanpa pandang bulu. J


Ini nih seragam lapangannyaa hahhaha komen dalam hati aja yak :'D


Minggu pertama stase inbes ini pembekalan-pembekalan oleh dosen pembimbing koas, disusul pembekalan di UP2KH (Unit Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Hewan) FKH UGM. Selama di UP2KH ini, koas diberi kesempatan untuk praktek secara langsung pemeriksaan umum dan khusus pada hewan besar (sapi, kambing, dan domba), cara mendiagnosa, memberikan terapi (termasuk cara memberikan obat via oral dan injeksi) dan juga ketrampilan lain seperti handling, restrain, dan mengambil darah. Tujuannya sih sebagai “penyegaran” kembali. Biar nantinya saat koas dilepas di lapangan sudah siap dan PD untuk menangani pasien :D
           
Minggu berikutnya, giliran praktek di Gembira Loka Zoo Yogyakarta. Tugas koas di sini bekerja di bagian pusat kesehatan satwa dan karantina, kemudian juga ada di bagian manajemen satwa seperti bird park, reptil, dll. Kami juga mengikuti pengobatan keliling setiap harinya. Menyuntik, memberi suplemen, mengobati satwa-satwa yang sakit, perawatan reptil seperti memandikan ular, kura-kura, penyu, mempelajari manajemen nutrisi dan pemeliharaan satwa, melakukan nekropsi pada satwa yang mati kemudian mendiagnosa penyebab kematian dari perubahan patologis yang ditemui. Kemudian dapat pengalaman baru juga seperti melihat cara vaksinasi harimau oleh dokter hewan dengan cara menulup. Waaah cara kayak gini sih harus dilakukan sama yang udah berpengalaman banget yaa tulup menulup. Hehehe. Banyak banget kasus-kasus menarik yang ditemui di sini, seperti mengamputasi dan menjahit kaki burung kakaktua yang terluka! Dan kasus-kasus lain yang pastinya.. that was my very first time! ><

Tiba saatnya memasuki minggu ke- tiga, koas di puskeswan (pusat kesehatan hewan). Bagian ini dilaksanakan selama 3 minggu di wilayah Sleman (Berbah, Prambanan, Ngaglik) dan Gunungkidul (Nglipar, Panggang, Karangmojo). Sistem di sini rolling, dan dibagi tiap 1 puskeswan terdiri dari 2 orang koas saja. Nah, tugas di puskeswan ini lah ‘gong’ nya koas inbes. Aku harus mengikuti tiap aktivitas dokter hewan di puskeswan ini, terutama dalam hal penanganan kasus, membuat semua recording nya, dan nantinya satu dari sekian banyak kasus di lapangan ini, akan dipilih oleh dosen pembimbing koas sebagai kasus mandiri dan wajib dipresentasikan dalam ujian seminar mandiri sebagai syarat lulus stase inbes.
           
Jam kerja di puskeswan ini mulai pukul 07.30 - 14.00. Namun biasanya masih mengikuti penanganan kasus on call di luar jam kerja, bisa selesai hingga sore ataupun malam hari.
           
Kerja di puskeswan ini harus siap mobile ke mana-mana. Karena jarang banget peternak yang langsung bawa sapi atau kambing yang sakit ke puskeswan. Jadi biasanya kami yang langsung mendatangi rumah peternaknya. Kalo kata urang sunda mah, ‘meni waas’, perjalanan di desa-desa dari puskeswan untuk sampai ke rumah peternak. Setiap harinya pasti ada panggilan untuk mengobati sapi atau kambing yang sakit. Jadi berasa di FTV nih, dokter hewan datang ke desa-desa mengobati sapi yang sakit. Hehehee :p
           
Pemandangan saat keliling setiap harinya. Kanan kiri sawah :)

Ini juga. Di kaki gunung, jadinya udaranya masih segar :)

Kegiatan rutin di puskeswan juga ada yang namanya ‘yanduwan’. Aneh ya didenger? Sama. Pertama denger juga ngerasa asing dan aneh. Tapi maksud dari yanduwan ini mungkin diambil dari kata posyandu –yandu singkatan dari layanan terpadu. Jadi, yanduwan adalah sedang melakukan layanan terpadu (?) hahaha ini asumsi ku sih, kurang lebih makna sebenarnya begitu :D
           
Jadii.. setiap puskeswan pasti sudah punya data kelompok ternak di wilayahnya masing-masing. Nah program yanduwan ini keliling bergantian dari kelompok ternak satu, ke kelompok ternak lainnya untuk melakukan pelayanan pemeriksaan kesehatan, pemberian obat cacing rutin dan pemberian multivitamin bagi para ternak, yang semuanya itu gratis tis tis tisss, bantuan dari pemerintah J
Dalam sehari, kalau yanduwan biasanya 50-100 an ekor sapi yang diberi obat cacing via oral dan injeksi multivitamin. Untuk kambing dan domba biasanya diberi tablet via oral yang dicampur ke dalam pakannya. Saat yanduwan ini juga sekaligus pengambilan feses ternak untuk diperiksa di laboratorium dan pengecekan kesehatan, kalau ada ternak yang sakit, langsung segera diobati.


Pertama-tama terjun langsung ke kelompok ternak canggung juga sih, apalagi ada beberapa peternak yang ngomongnya full bahasa jawa. (Thankyouu partner Inbes ku, Henri, yang gak pernah lelah translate-in bahasa jawa-indonesia :D) Tapi lama-lama terbiasa juga. Bedanya dengan dokter hewan praktisi di klinik, di sini aku bisa merasakan dekat sekali dengan para peternak. Bagaimana mereka benar-benar mengharapkan kesembuhan sapi dan kambingnya, karena dari ternaknya lah para peternak menopang kehidupannya. Bisa dilihat dari mata mereka yang berbinar-binar, dan tak hentinya mengucapkan, “Maturnuwun Bu Dokter” ketika sapinya sudah sembuh. Karena aku orangnya gampang tersentuh, hal ini memotivasi aku lagi untuk terus semangat, untuk menjadi dokter hewan yang hebat! Sungguh mulia sekali dokter hewan puskeswan yang setiap harinya mengabdi kepada para peternak.. J
Sering juga aku bawa ‘oleh-oleh’ setelah pulang dari koas. Banyak diantara para peternak yang juga bertani, kalau sedang musim panen pisang, pulang koas bisa bawa pisang sekarung. Hehehe :D

Setelah 3 minggu di puskeswan, saatnya kembali ke dosen pembimbing masing-masing, kebetulan saat Inbes kemarin dosen pembimbing ku adalah Dr. drh. Yanuartono. Dengan membawa recording (ambulatoir) ‘segepok’ dari pasien-pasien yang ku tangani, dosen pembimbingku ini memilah-milih kasus mana yang cocok untuk aku seminarkan saat ujian. Dari sekian banyak kasus, terpilihlah kasus “Mild Dietary Indigestion in Sheep”. Ada perasaan lega saat pembimbing mengumumkan kasus ku ini :’))
Keesokan harinya aku mengumpulkan abstrak, langsung di ACC, dan 3 hari lagi sudah harus seminar.

Hingga tiba saatnya... hari seminar kasus mandiri, hari Jumat di bulan Februari pada saat itu. Seminar mandiri ku harus dibatalkan. Yup! Jogja terselimuti kabut dan debu vulkanik lagi hasil erupsi gunung Kelud! dan atas mandat Rektor, UGM diliburkan. Hikmahnya? Bisa belajar lebih lagi buat seminar. Dan akhirnya setelah 4 hari ditunda, alhamdulillah bisa lulus juga J
           
Banyak yang bilang Inbes masih belum ada apa apanya dibandingkan stase berikutnya. Tapi menurutku, Inbes = hal baru , pengalaman baru, tantangan baru.
Thanks God we made it great!