SOCIAL MEDIA

Saturday, May 3, 2014

Public Health's Squad








All bags are packed and we're readyyyy to gooo!!

Koasistensi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Administrasi Dinas untuk kelompok koas A. 13.1 diselenggarakan di Dinas Bandar Lampung dan Cirebon, dan Karantina Pelabuhan Bakauheni, Pantai Panjang, dan Karantina Cilacap.

Apa yang akan kami lakukan di sana? 
Sesuai dengan Staatsblad 1912 No 432 dan 1935, UU No 6 tahun 1967, dan UU No 18 tahun 2009 tugas kami di sana adalah melakukan pemberantasan penyakit hewan menular, perbaikan peternakan, quality control pada perusahaan olahan daging, susu, ikan, telur, melakukan surveilance dan sampling,  belajar mengenai otoritas veteriner pada kelembagaan pemerintah, kedokteran perbandingan, dan juga higiene veteriner yang nantinya menciptakan bahan pangan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal) from farm to table :)

Now, We're ready to go to the western Indonesia.. Bismillaaah :)

Friday, May 2, 2014

Sneak Peek: Kriptorcid pada Kucing



Minggu, 27 April 2014 lalu , aku menemani teman ku memeriksakan kucing jantannya, Persia, 10 bulan ke Klinik Hewan Satwakita, Godean, Yogyakarta. Kucing lucu yang bernama Baong itu mengalami criptorchidism (undescended testicular). Kriptorcidismus adalah istilah untuk kucing jantan yang testisnya tidak turun ke dalam skrotum, dalam hal ini testis tertahan di abdomen atau di jaringan subkutan inguinal. Prevalensi kejadian kriptorcid pada kucing dan anjing hanya 1-2%. Kejadian monorcid lebih jarang lagi, monorchid itu sendiri adalah keadaan di mana kucing atau anjing hanya memiliki satu testis dan bersifat kongenital.

Kriptorcid merupakan keadaan yang tidak normal, di mana spermatogenesis tidak terjadi, khususnya pada intraabdominal testis, karena temperatur abdomen yang tinggi.
Pada kucing, normalnya testis sudah turun ke dalam skrotum pada saat lahir (prenatal event), sedangkan pada anjing, testis turun ke dalam skrotum pada usia 10 hari (postnatal event). Kriptorcid dapat didiagnosa dengan tidak adanya salah satu atau kedua testis saat palpasi, pada saat kucing atau anjing berumur 8 minggu.

Pada kasus ini, Baong mengalami kriptorcid unilateral (hanya satu testis saja yang turun ke dalam skrotum). Sedangkan, kriptorcid bilateral adalah keadaan di mana kedua testis tidak turun ke dalam skrotum. Kriptorcid unilateral lebih sering terjadi, dibanding bilateral.
Kucing jantan yang mengalami kriptorcid bilateral bersifat steril, sedangkan kucing yang mengalami kriptorcid unilateral masih ada kemungkinan untuk fertil, namun kucing jantan yang mengalami kriptorcid sebaiknya dilakukan tindakan kastrasi (abdominal surgery), karena kriptorcid diturunkan melalui herediter, jadi penyebabnya adalah pengaruh genetik, tidak ada pengaruh dari eksternal, dan kriptorcid akan 13x lebih mudah berkembang menjadi testicular neoplasia, dibandingkan dengan descended testes.

Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) dibutuhkan untuk mengetahui lokasi testis dengan pasti. Setelah Baong diperiksa, satu testis yang tidak turun berada di jaringan subkutan daerah inguinal, dan dengan palpasi dapat dengan mudah meraba testis tersebut.


Undescended testis di jaringan subkutan terlihat jelas dan mudah dipalpasi


Karena teman ku memang sudah berniat untuk meng-kastrasi Baong, jadi Baong sudah dipuasakan 12 jam dan siap untuk dikastrasi pada hari itu juga. Kebetulan pada hari itu ada program sterilisasi massal di klinik satwakita, aku dan teman ku pun ikut membantu dokter hewan di sana sebagai co-operator. Kasusnya bermacam-macam, kami juga menemui tumor ovari dan melakukan panhisterektomi. Seru!

Kembali ke kasus Baong, untuk satu testis yang turun ke dalam skrotum dilakukan kastrasi dengan teknik yang sama seperti melakukan kastrasi pada umumnya. Dan, untuk satu testis yang tidak turun, langsung dilakukan incisi kutan, subkutan pada daerah inguinal di mana testis itu berada.


The undescended testis sudah terekspos


Setelah mendapati testis tersebut, prinsip ligasi nya sama dengan kastrasi biasa, namun harus lebih berhati-hati. Kemudian lakukan teknik aseptis dan segera menutup subkutan dengan menjahit pola sederhana menerus dengan benang vicryl, dan menjahit kutan dengan pola yang sama.

Satu jahitan pola sederhana tunggal pada skrotum 'descended testis'

Pola jahitan terakhir pada daerah inguinal, kutan dengan sederhana menerus

Perbedaan perkembangan testis, kiri: testis yang tidak turun, kanan: testis yang turun tetap berkembang normal



Simple but.. Incredible! 
Bahkan kami merasa sangat beruntung mendapatkan kasus kriptorcid yang langka ini ketika masih koas.. hehee
Terimakasih banyak Dita Dharmayanti atas kesempatannya untuk belajar bersama, dan kepada drh. Aniq Syihabuddin atas bimbingan dan ilmunya :)


Gak akan pernah bosan belajar di klinik ataupun praktek langsung, karena kita dapat menemukan hal-hal yang luar biasa. Kasus yang sama, namun ditangani oleh dokter yang berbeda, dapat menjadikan pembelajaran baru juga. Because, medicine is the art! Kita bisa mengcompare, ataupun mengkombinasikannya menjadi versi kita yang terbaik. :)


more pics kindly ask me :)

Saturday, April 19, 2014

Dokter Hewan Tanpa Pandang Bulu

Salam,

Hallo! Akhirnya bisa ngepost lagi setelah sekian lama merasakan hiruk pikuk koas interna besar dan reproduksi yang 70% di lapangan. Yes, koas lapangan. Gak cuma capek pikiran tapi juga capek badan. Di mana jerawat mulai bermunculan lagi walaupun udah rutin  mikrodermabrasi -karena seringnya begadang dan waktu tidur yang berantakan. Persentase kejadian migrain juga meningkat drastis, dan yang keliatan banget sih berat badan yang nambah. Kebanyakan teman-teman lain beratnya turun, kalo aku kebalikan hahaha. Semakin banyak kegiatan, semakin banyak pula makannya, dengan alasan kalo gak makan banyak jadi gampang capek trus pusing trus gak bisa mikir, fatal deeh. Hehehe ini sih emang aku nya aja yang doyan makan. Tapi emang bener dopping multivitamin atau madu atau sari kurma, atau at least makan yang banyak dan bergizi, trus air putih tersedia ad libitum wherever whenever penting banget buat jaga tubuh tetap fit! Dan pastinya menjalaninya dengan bahagia dan senang hati yaa.. J

Stase Interna Hewan Besar yang selanjutnya akan aku singkat InBes ini berlangsung selama dua bulan, dari akhir Desember hingga akhir Februari. Jujur, mulai inbes ini pengalaman baru aku dimulai lagi. Berbeda jauh dengan kehidupan di klinik, di mana selama ini aku lebih sering “nongkrong” di klinik-klinik ataupun rumah sakit. Biasanya familiar dengan anjing, kucing, dan pet lainnya, namun saat koas inbes ini, sesuai dengan namanya, aku lebih sering berinteraksi dengan sapi, domba, dan kambing di kandang-kandang. Biasanya berdandan rapih mengenakan white coat, kali ini mengenakan seragam lapangan lengkap dengan sepatu bootnya. Klien yang ditemui pun berbeda, kali ini lebih sering berinteraksi dengan peternak-peternak kecil, warga desa, namun lebih terasa toleransi dan keakrabannya. Special edition, wild life animal juga masuk dalam stase inbes ini. Seru kan? Hal ini gak akan terulang lagi, tapi semoga bisa jadi pembelajaran nyata untuk menjadi lebih baik. Dokter hewan tanpa pandang bulu. J


Ini nih seragam lapangannyaa hahhaha komen dalam hati aja yak :'D


Minggu pertama stase inbes ini pembekalan-pembekalan oleh dosen pembimbing koas, disusul pembekalan di UP2KH (Unit Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Hewan) FKH UGM. Selama di UP2KH ini, koas diberi kesempatan untuk praktek secara langsung pemeriksaan umum dan khusus pada hewan besar (sapi, kambing, dan domba), cara mendiagnosa, memberikan terapi (termasuk cara memberikan obat via oral dan injeksi) dan juga ketrampilan lain seperti handling, restrain, dan mengambil darah. Tujuannya sih sebagai “penyegaran” kembali. Biar nantinya saat koas dilepas di lapangan sudah siap dan PD untuk menangani pasien :D
           
Minggu berikutnya, giliran praktek di Gembira Loka Zoo Yogyakarta. Tugas koas di sini bekerja di bagian pusat kesehatan satwa dan karantina, kemudian juga ada di bagian manajemen satwa seperti bird park, reptil, dll. Kami juga mengikuti pengobatan keliling setiap harinya. Menyuntik, memberi suplemen, mengobati satwa-satwa yang sakit, perawatan reptil seperti memandikan ular, kura-kura, penyu, mempelajari manajemen nutrisi dan pemeliharaan satwa, melakukan nekropsi pada satwa yang mati kemudian mendiagnosa penyebab kematian dari perubahan patologis yang ditemui. Kemudian dapat pengalaman baru juga seperti melihat cara vaksinasi harimau oleh dokter hewan dengan cara menulup. Waaah cara kayak gini sih harus dilakukan sama yang udah berpengalaman banget yaa tulup menulup. Hehehe. Banyak banget kasus-kasus menarik yang ditemui di sini, seperti mengamputasi dan menjahit kaki burung kakaktua yang terluka! Dan kasus-kasus lain yang pastinya.. that was my very first time! ><

Tiba saatnya memasuki minggu ke- tiga, koas di puskeswan (pusat kesehatan hewan). Bagian ini dilaksanakan selama 3 minggu di wilayah Sleman (Berbah, Prambanan, Ngaglik) dan Gunungkidul (Nglipar, Panggang, Karangmojo). Sistem di sini rolling, dan dibagi tiap 1 puskeswan terdiri dari 2 orang koas saja. Nah, tugas di puskeswan ini lah ‘gong’ nya koas inbes. Aku harus mengikuti tiap aktivitas dokter hewan di puskeswan ini, terutama dalam hal penanganan kasus, membuat semua recording nya, dan nantinya satu dari sekian banyak kasus di lapangan ini, akan dipilih oleh dosen pembimbing koas sebagai kasus mandiri dan wajib dipresentasikan dalam ujian seminar mandiri sebagai syarat lulus stase inbes.
           
Jam kerja di puskeswan ini mulai pukul 07.30 - 14.00. Namun biasanya masih mengikuti penanganan kasus on call di luar jam kerja, bisa selesai hingga sore ataupun malam hari.
           
Kerja di puskeswan ini harus siap mobile ke mana-mana. Karena jarang banget peternak yang langsung bawa sapi atau kambing yang sakit ke puskeswan. Jadi biasanya kami yang langsung mendatangi rumah peternaknya. Kalo kata urang sunda mah, ‘meni waas’, perjalanan di desa-desa dari puskeswan untuk sampai ke rumah peternak. Setiap harinya pasti ada panggilan untuk mengobati sapi atau kambing yang sakit. Jadi berasa di FTV nih, dokter hewan datang ke desa-desa mengobati sapi yang sakit. Hehehee :p
           
Pemandangan saat keliling setiap harinya. Kanan kiri sawah :)

Ini juga. Di kaki gunung, jadinya udaranya masih segar :)

Kegiatan rutin di puskeswan juga ada yang namanya ‘yanduwan’. Aneh ya didenger? Sama. Pertama denger juga ngerasa asing dan aneh. Tapi maksud dari yanduwan ini mungkin diambil dari kata posyandu –yandu singkatan dari layanan terpadu. Jadi, yanduwan adalah sedang melakukan layanan terpadu (?) hahaha ini asumsi ku sih, kurang lebih makna sebenarnya begitu :D
           
Jadii.. setiap puskeswan pasti sudah punya data kelompok ternak di wilayahnya masing-masing. Nah program yanduwan ini keliling bergantian dari kelompok ternak satu, ke kelompok ternak lainnya untuk melakukan pelayanan pemeriksaan kesehatan, pemberian obat cacing rutin dan pemberian multivitamin bagi para ternak, yang semuanya itu gratis tis tis tisss, bantuan dari pemerintah J
Dalam sehari, kalau yanduwan biasanya 50-100 an ekor sapi yang diberi obat cacing via oral dan injeksi multivitamin. Untuk kambing dan domba biasanya diberi tablet via oral yang dicampur ke dalam pakannya. Saat yanduwan ini juga sekaligus pengambilan feses ternak untuk diperiksa di laboratorium dan pengecekan kesehatan, kalau ada ternak yang sakit, langsung segera diobati.


Pertama-tama terjun langsung ke kelompok ternak canggung juga sih, apalagi ada beberapa peternak yang ngomongnya full bahasa jawa. (Thankyouu partner Inbes ku, Henri, yang gak pernah lelah translate-in bahasa jawa-indonesia :D) Tapi lama-lama terbiasa juga. Bedanya dengan dokter hewan praktisi di klinik, di sini aku bisa merasakan dekat sekali dengan para peternak. Bagaimana mereka benar-benar mengharapkan kesembuhan sapi dan kambingnya, karena dari ternaknya lah para peternak menopang kehidupannya. Bisa dilihat dari mata mereka yang berbinar-binar, dan tak hentinya mengucapkan, “Maturnuwun Bu Dokter” ketika sapinya sudah sembuh. Karena aku orangnya gampang tersentuh, hal ini memotivasi aku lagi untuk terus semangat, untuk menjadi dokter hewan yang hebat! Sungguh mulia sekali dokter hewan puskeswan yang setiap harinya mengabdi kepada para peternak.. J
Sering juga aku bawa ‘oleh-oleh’ setelah pulang dari koas. Banyak diantara para peternak yang juga bertani, kalau sedang musim panen pisang, pulang koas bisa bawa pisang sekarung. Hehehe :D

Setelah 3 minggu di puskeswan, saatnya kembali ke dosen pembimbing masing-masing, kebetulan saat Inbes kemarin dosen pembimbing ku adalah Dr. drh. Yanuartono. Dengan membawa recording (ambulatoir) ‘segepok’ dari pasien-pasien yang ku tangani, dosen pembimbingku ini memilah-milih kasus mana yang cocok untuk aku seminarkan saat ujian. Dari sekian banyak kasus, terpilihlah kasus “Mild Dietary Indigestion in Sheep”. Ada perasaan lega saat pembimbing mengumumkan kasus ku ini :’))
Keesokan harinya aku mengumpulkan abstrak, langsung di ACC, dan 3 hari lagi sudah harus seminar.

Hingga tiba saatnya... hari seminar kasus mandiri, hari Jumat di bulan Februari pada saat itu. Seminar mandiri ku harus dibatalkan. Yup! Jogja terselimuti kabut dan debu vulkanik lagi hasil erupsi gunung Kelud! dan atas mandat Rektor, UGM diliburkan. Hikmahnya? Bisa belajar lebih lagi buat seminar. Dan akhirnya setelah 4 hari ditunda, alhamdulillah bisa lulus juga J
           
Banyak yang bilang Inbes masih belum ada apa apanya dibandingkan stase berikutnya. Tapi menurutku, Inbes = hal baru , pengalaman baru, tantangan baru.
Thanks God we made it great!

Friday, January 10, 2014

New Graduate Problems

They say.... That's new graduate problems in common...












Wednesday, January 8, 2014

Akhir Koas Bedah

Kali ini mau cerita agak banyak. Tentang salah satu koas favoritku, setalah koas interna kecil, -koas bedah dan radiologi, dan tentang pengalaman berharga yang ku dapat saat minggu transisi :D

Gak terasa koas bedah berjalan cepaaat banget. Minggu pertama masih minggu-minggu ujian nih, lisan maupun praktek. Ujian baca rontgen, pasang i.v cath, kateter, endotracheal tube, dll. Di minggu pertama ini juga undian kasus mandiri, daaaaaan aku dapet Gastrotomi, operasi membuka lambung pada anjing.
Kegiatan lain saat koas bedah juga ada magang di RSH selama 2 minggu, pengabdian masyarakat, scaling/ dentistry, dan rumenotomi. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, semua pasien kasus mandiri kembali sehat, begitupula domba pasca rumenotomi :)







 Anjing kasus mandiriku, Gendhis,  beberapa jam setelah gastrotomi

Oops! tebak siapa yang berani manjat pohon mangga di klinik setinggi inii cobaaaa? ><


***

Tiba saatnya minggu transisi bedah, aku dan tiga temanku, elit, nida, dan pita memutuskan untuk magang di klinik hewan terbesar di Semarang, Griya Satwa Lestari (GSL).

Berawal dari percakapan singkat, malam itu.. antara aku dan Elit.
Kami mupeeng bangeeet liat link ESAVS Courses 2014 . Elit tertarik dengan sertifikasi Equine Practice sedangkan aku tertarik dengan feline medicine & surgery. Kami berandai-andai suatu hari nanti menjadi dokter praktisi yang hebat!
Kemudian ku tunjukkan foto-foto pengalamanku magang di beberapa klinik Jakarta, Jogja dan Semarang. Dan akhirnyaa, kami pun memutuskan untuk memanfaatkan waktu luang saat transisi dengan magang di klinik selama 1 minggu. Mengingat kami sudah koas, dan waktu berjalan begitu cepat, dan mengingat pula skill untuk menjadi dokter hewan belum begitu memadai....

Pertama kami pun meminta izin kepada masing-masing orangtua kami. Setelah dapat izin dan restu untuk magang di Semarang, langsung aku menghubungi drh. Anna, selaku pemilik Griya Satwa Lestari (GSL). Alhamdulillah tanggapan dari beliau positif, dan kami diminta untuk mengirim surat permohonan magang. Kami pun langsung mendatangi PPDH, menyampaikan maksud kami untuk magang, dan alhamdulillah semua proses surat-menyuratnya berjalan lancar. Thanks to our parents, drh. Anna and also thanks to PPDH! 

Sabtu, 21 Desember 2013 kami berempat pun berangkat ke Semarang naik travel. Hehee. Karena jalanan saat itu agak macet, dan supir travelnya gak pake ngebut, perjalanan Jogja - Semarang pun memakan waktu yang cukup lama. Jam 9 pagi berangkat, jam setengah 4 sore baru sampai di Semarang. ><

We were goin to Semarang, happily :)

Sampai di Semarang, kami pun langsung nyari kostan. Kebetulan dulu bulan Juni aku pernah PKL blok 24 Manajemen Klinik di GSL sebelumnya, jadi saat itu langsung mendatangi kostan aku yang dulu. Untungnya lagi ada kamar kosong nih :D
Selama magang pun kami berprinsip sehat dan hemat, iuran bahan pangan, dan masak setiap hari. Begitupula saat akan jalan-jalan atau magang, kami selalu bawa bekal :D

Karena lokasi GSL yang strategis, kira-kira dengan menggunakan kendaraan 10 menit ke Sam Poo Kong, 15 menit ke lawang sewu, 20  menit ke Paragon Mall dan Simpang Lima, keesokan harinya, (hari minggu) kami berencana jalan-jalan keliling kota Semarang sebelum Seninnya mulai magang. hehehe ^^

Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Sam Poo Kong. Kami jalan kaki menuju Sam Poo Kong lhooo dari kostan. Ternyata gempor juga yaa kalo jalan kaki. Hahahaa














Udah berasa di China aja nih, hehehe...

Setelah dari Sam Poo Kong, kami pun berjalan-jalan melihat pameran di sepanjang jl. Pemuda, jalan yang membentang antara paragon mall dan lawang sewu. Jilbab, aksesoris, baju, tas, sepatu, makanan, minuman, semuanya lengkap! :D

Setelah dari pameran kami pun menuju lawang sewu, tapi karena udah mendekati maghrib, kami ga berani masuk. Hanya berfoto di luarnya saja. hehehe





Oiyaa, salah satu tempat yang wajib dikunjungi juga adalah Masjid Agung Jawa Tengah, di Semarang timur. Uniknya di sini ada payung-payung raksasa gituu yang akan dibuka setiap hari Jumat dan ketika hujan turun. Mirip mirip di Madinah gitu :)

Udahan ah posting foto jalan-jalannya, lanjut cerita tentang magang sekarang hehee :D


btw, yang belum tahu drh. Anna, nih kisah perjuangan beliau mulai dari nol hingga bisa seperti sekarang, dimuat dalam sebuah artikel di surat kabar..























***

Magang @ Griya Satwa Lestari 23 - 28 Desember 2013

Tiba juga hari yang kami tunggu-tunggu. Bangun shubuh, masak-masak, giliran mandi, sarapan bersama, menyiapkan bekal, daaan siap menyambut hari-hari luar biasa di klinik. Begitu setiap harinya. :)))

Karena letak klinik berada di perumahan, dan cuma berbeda 2 rumah saja antara kost dan klinik, kami pun berjalan kaki ke klinik setiap harinya pukul 8 pagi.




Hari pertama kami disambut dengan hangat oleh drh. Anna, drh. Indah, drh. Osi, drh. Ari, paramedis, groomers, dan staff-staff lainnya. Rasanya beruntung banget punya kesempatan ke-dua untuk belajar di sini lagi. Bagi Elit, Nida, dan Pita yang baru pertama kali ke sini, langsung merasa betahnyaaa..
Magang di sini gak hanya belajar soal kasus, tapi juga bagaimana menghandle klien, penyampaian client education yang baik, serta belajar manajemen untuk mendirikan klinik nantinya.

Klinik GSL ini terbesar dan terlengkap fasilitasnya di Semarang. Ada 3 ruang praktek, ruang USG dan EKG, ruang rontgen, laboratorium, ruang operasi, ruang partus, ruang transit, ruang rawat inap bangsal kucing, bangsal anjing, ruang bangsal penyakit kutu dan kulit, ruang isolasi anjing, ruang isolasi kucing, ruang VID (Very Important Dog), ruang rawat inap eksotik, salon, petshop, apotek, dilengkapi juga dengan mushola, ruang tunggu yang nyaman, toilet visitors, ruang direktur, ruang dokter, ruang paramedis yang gabung dengan perpustakan. Kalau lagi break, kami suka banget nih ke perpustakaan. Mempelajari kasus-kasus menarik yang didapat, mencari literaturnya dari buku, kemudian mendiskusikannya. Buku-bukanya banyaak, bagus-bagus, dan asli. Woow. Buku-buku tersebut banyak yang dibeli drh. Anna ketika ke luar negeri.

Makanya gak jarang banyak pasien yang dirujuk ke sini. Dalam sehari, bisa menangani 50+ pasien. Bisa full seharian berdiri, kalo gak di dopping bisa drop. Satu teman kami tumbang saat itu. Gimana dokter-dokternya cobaa? Udah terlatih banget fisiknya pasti. Hehee
Tapi teteeep kaan, kalo melalukan pekerjaan yang sesuai hobi dan passion, work doesn't feel like work~

Main lobby at GSL

Waiting room

These glasses room you see are indeed USG and surgery room. The room full of glasses, so that you can see what happen inside. This is one of the example of marketing promotion :)

Registering your pet first here, with mrs. Ina as a receptionist


Full of glasses on the practice room, as well

Simply chic practice room

Elita was treating Binturong :)

Completeness of the medical tool in this practice room already meet the operational standard

The whole room here full of glasses, jadinya bisa ngintip deh apa yang terjadi di dalam :D

Pet shop here is also complete

Pet shop

(still) part of pet shop :D


X-ray room

Laboratory room for examining blood and serum

Automatic blood counter! Just in 10 minutes to know the blood result

This blood counter is designed especially for vet practice

With drh. Anna jr. hehee :D

drh. Indah and her client



They were waiting the bitch to deliver her puppies in a normal way

Salon! :D


Mbak Ning and Mas Dodi, two lovely groomers

Preparation room for surgery

Surgery room

The black cord is attached to the "Ap Alert" machine which monitors every time the patient take a breath. Each breath correlates to a "beep" made by the machine. It's crucial in quick detection of apnea during anesthesia

Staff'/ paramedic room

Parturition room

Transit room

The boarding room for healthy pets was full during year-end holidays, til the hall is used as a temporary boarding room


Go upstairs, ruang rawat inap dan titip sehat :)

Lantai 2 ...


Lantai 2

Lantai dua juga full kaca. Bisa dibayangin kan bagusnya sirkulasi udara dan cahaya matahari di sini :D

Lorong bangsal penyakit kutu dan kulit

Lorong menuju bangsal anjing

Bangsal anjing
Bangsal anjing

Ruang isolasi anjing

Bangsal kucing

Bangsal kucing

Bangsal eksotik


Ruang inap kutu dan kulit



Kasus-kasus di sini juga bervariasi banget. Dalam sehari kasus displasia/ hip luxatio bisa sampai 3x atau lebih, begitu pula kasus-kasus ortopedi lainnya, dan penyakit-penyakit infeksius maupun penyakit metabolik. Di sini juga jadi mengenal beraneka ragam ras anjing. Berbagai jenis Collie, Welsh Corgi, Pekingese, Maltese, Beagle, Eskimo, Yorkshire Terrier, Great Dane, Chow chow, Dogo, Chinese Sharpei, dll dll dll  dll dll dll sampai Labradoodle pun adaaa xD
Tapi jangan salaah, selain anjing dan kucing, banyak juga pasien-pasien eksotik lain, seperti kus-kus, binturong, kura-kura, burung kakaktua, ular, ayam, dll.
Ini menariknya jadi dokter praktisi di klinik, sekarang udah banyak hewan eksotik yang juga dijadikan pet :)
*tambah lagi nih pr nya* :p



























































For details and more pic kindly ask me

***


Sabtu pagi 29/12/13 kami bergegas kembali menuju Yogyakarta dan siap dengan koas selanjutnya, interna hewan besar.
Walaupun saat itu kami sempat ketinggalan travel karena kami terlalu asik bantu masak-masak besar dan sarapan bersama dengan eyang si pemilik kost. Kata eyang, sekalian perpisahan dengan kami :")
Hehehe

Aku pun sadar masih banyak kurangnya, harus terus belajar dan memperbaiki diri, agar nantinya dapat berperan memajukan dunia praktisi dokter hewan di Indonesia. Kalau sekarang waktu luang setelah pulang koas masih bisa disempatkan untuk magang ^^

Karena setiap orang punya cara masing-masing untuk menjemput impiannya..

Good qualified vets will bring to the modern technology!

I view myself as a person who is not naturally special or gifted, but more as a person who is dedicated and driven to succeed. It may take me a little longer, require a lot more effort or need a lot of practice until I get it, but whatever it takes, I will do it. 

Begitulah cerita tentang akhir koas bedah kuuu :)
7 hari di minggu transisi yang mengesankan. 
I was so lucky to work at such an amazing clinic with incredibly awesome vets!